Trouma In Love Bagian Akhir

Aku sadar dan berada di dalam kamar di rumah sakit. Kulihat jam yang berada di kamar itu menunjukkan pukul 10 malam. Lama sekali aku tidak sadaran diri. Tangan kananku dipegang erat oleh Zian yang ternyata menungguiku sejak aku pingsan. Tak berapa lama Kak Bima masuk dan tersenyum melihat aku sudah sadar.
“Zi, bangun”, Kak Bima mencolek bahu Zian yang sedang tertidur sambil memegang tangan kananku.
Dengan muka yang kaget karena tiba-tiba dibangunkan Zian berusaha mengumpulkan kesadarannya.
“Kamu makan dulu ya kan dari jam 2 tadi kamu belum makan. Kamu nggak mau kayak Val kan?”
“Kalau begitu aku ke kantin dulu ya nanti aku kesini lagi”, jawab Zian dan mencium tanganku lalu pergi.
“Kakak kapan sampai di sini?”, tanyaku.
“Jam 9 tadi”
“Kok tahu Zian di sini dari jam 2 ?”
“Suster yang kasih tau. Malah kakak pikir kamu sendirian di sini”
“Zian udah jadi pacar kamu ?”
“Nggak”, jawabku singkat.
“Kenapa ? Kakak pikir dia baik. Sejak tadi dia panic karena tahu radang usus kamu kambuh. Tolonglah pola makan kamu diubah.”, Kak Bima menasihatiku.
“Iya kakak”
“Maafin kakak ya, Val sepertinya mala mini kamu sendiri. Kakak pikir kamu sudah besar jadi bisalah jaga diri baik-baik.”
“Malam ini aku yang jaga Val di sini kok k,Kak”, ternyata Zian sudah kembali.
“Baiklah kalau begitu kakak pergi kerja dulu ya soalnya ada masalah di kantor”, keningku di cium olehnya dan dia pun tersenyum lalu meninggalkan aku bersama Zian.
Zian terlihat gugup.
“Kamu yang dulu nyerempet aku kan ?”. tanyaku tiba-tiba.
“Apa ?”, ujar Zian.
“Aku hafal betul dengan plat mobil dan warna mobil kamu. Ternyata sebelumnya kita juga pernah bertemu ya?”
“Kenapa kamu nggak marah sama aku?”
“Untuk apa ?. Masalah kemarin ?”
“Kamu percaya aku ?”
“Sampai tadi di sekolah aku belum mau percaya sama kamu dan mau denger penelasan kamu. Tetapi setelah mendengar penyesalan temanku yang mengalami hal seperti ini aku baru menyadarinya bahwa nggak seharusnya aku terbakar emosi.”, tandasku.
Zian pun menceritakan kejadian yang sebenarnya. Wanita yang selalu menjadi pengganggu hidupku itu bernama Nia. Dia teman dari vokalis Outers. Nia ini sangat penasaran dengannya sehingga sering sekali dating ketika Outers latihan banhkan saat manggung tanpa malu selalu berteriak memanggilnya. Tapi saat itu dia tidak berciuman dengan Nia tetapi Nia membisikan sesuatu yang ternyata ajakan untuk menjadikan dirinya sebagai pacar. Barulah kejadian yang kualami dimulai. Aku sadar bahwa mendengarkan jauh lebih penting.
***
Pantai pasir putih berada dihadapanku saat ini, berlibur bersama band yang awalnya tidak aku kenal dan tidak ingin aku ketahui ternyata mengasyikkan. Di balik karakter mereka yang cool ternya mereka orang yang asik. Liburan semester kali ini terasa sangat indah karena aku mulai bisa mengerti tentang arti kepedulian yang tulus. Itu semua karena Zian mengajarkan banyak hal tentang hidup untukku. Namun satu hal yang membuatku sedih karena hingga saat ini Zian tidak pernah menyatakan perasaanya padaku padahal aku tahu dia sangat perhatian denganku, tapi aku tidak ingin memikirkan itu terus. Let it flow.
Malam harinya setelah pesta seafood di pinggir pantai aku menepi di teras tempat kami menginap. Di sini aku bisa melamun bahkan menangis karena saat ini aku tidak dapat menahan perasaan sedihku yang selama ini aku pendam. Zian menyadari keberadaanku yang tidak berada di dekatnya, dia pun kemudian mencariku dan menemukan keberadaanku yang sedang menangis. dDia segera duduk di samping kananku dan mengelus kepalaku ddengan lembut.
“Kamu kenapa ? kok nangis ? kamu sedih liburan sama aku ?”
Aku hanya bisa besandar di bahunya dan menangis selepas mungkin, setelah bebanku berkurang aku mulai menceritakan yang aku rasakan.
“Empat tahun lalu ayah kecelakaan pesawat terbang ketika akan berangkat dinas ke luar negri dan pesawatnya jatuh di lautan. Ibu sedih sekali karena merasa terlalu cepat ditinggal ayah. Semenjak itu ibu sering sakit dan akhirnya meninggal. Aku hanya punya Kak Bima sampai saat ini yang selalu menjaga aku dan menjadi orang tu yang baik untukku. Tapi sebentar lagi dia akan tinggalin aku sendiri dan dia hidup bahagia dengan keluarga barunya terus aku sama siapa ?. Aku nggak punya tempat bebagi semua masalahku karena dia pun memiliki masalah lain yang lebih besar.”, ceritaku panjang lebar.
“Aku janji akan menjaga kamu dan menggantikan posisi kakak kamu sebagai siapa pun kamu menginginkan aku. “, ujar Zian membuatku sedikit terkejut dengan kata-kata yang dikeluarkan olehnya tadi.
“Denger aku ya “, pintanya sambil memegang kedua pipiku.
“Aku mau kamu juga bisa jadi malaikat kecil aku yang membuat aku makin berarti.”, ucapnya terputus.
“Kamu mau jadi calon istri aku ?”, lanjutnya sambil tersenyum.
APAAAA ?. Bukan pacar lagi ?
“Kok calon istri sih ? Aku kan masih kelas 3.”
“Ya nggak sekarang lah Cia. Tapi aku serius sama kamu aku akan tunggu sampai kamu bilang siap jadi istri aku nantinya. Tapi yang penting kamiu mau nggak jadi pacar aku ?”
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku yakin dan tersenyum. Zian pun memberikan sebuah ciuman di keningku dan menggendong tubuhku.

END
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Trouma In Love Bagian Akhir"

Posting Komentar